Di negara Barat sudah sangat familiar dengan istilah Kesehatan Holistik yaitu kesehatan secara menyeluruh yang meliputi body, mind & soul (badan, pikiran dan jiwa). Padahal sesungguhnya masih banyak lapisan kesadaran yang ada pada tubuh Anda. Diantaranya terdapat 5 lapisan terpenting (Anand Krishna: Seni Memberdaya Diri 1 Meditasi untuk Manajemen Stres dan Neo Zen Reiki):
1. Lapisan fisik, yang ditentukan oleh makanan dan minuman. Makanan sehat dan minuman dengan menggunakan metode terapi air yang di konsumsi menentukan kesehatan fisik. Untuk kegiatan Anda sehari-hari Anda menggunakan lapisan fisik. Lapisan fisik ini dikendalikan oleh lapisan berikutnya , yaitu:
2. Lapisan Energi / Psikis yang diperoleh dari alam sekitar Anda lewat pernafasan. Anda dapat bertahan hidup tanpa makan beberapa minggu. Anda mungkin dapat mempertahankan kehidupan tanpa air untuk beberapa hari. Tetapi sudah pasti tidak dapat mempertahankan kehidupan tanpa nafas, tanpa energi. Banyak sekali latihan yang berkaitan dengan lapisan energi ini. Memang baik sekali , bermanfaat sekali bagi kesehatan fisik. Latihan-latihan tenaga dalam dan berbagai macam latihan pernafasan lainnya yang hanya menggunakan energi hanya dapat membantu badan Anda. Sehingga penyembuhan yang terjadi tidak permanen. Fisik hanya merupakan salah satu dari sekian lapisan kesadaran yang membentuk kepribadian manusia. Apabila Anda menginginkan kesehatan secara menyeluruh, lapisan-lapisan yang lain harus diolah. Lapisan energi sendiri dikendalikan oleh lapisan berikutnya:
3. Lapisan Mental / Emosional, yang selama ini memperbudak Anda. Pikiran yang kacau akan membuat nafas Anda kacau, dalam keadaan marah Anda ngos-ngosan. Dalam keadaan tenang nafas Anda menjadi tenang pula. Seluruh kepribadian Anda selama ini dikendalikan oleh lapisan mental/emosional.
a. Lapisan mental.
Untuk Anda ketahui bahwa apa yang Anda sebut pikiran karena keterbatasan kosa kata kita sebenarnya merupakan terjemahan dua kata yang berbeda makna dalam bahasa Inggris. Yang satu thought , yang lainnya mind. Thought adalah pikiran sedangkan Mind adalah akumulasi pikiran. Untuk mempermudah pemahaman Anda akan diberikan contoh. Apabila Anda melihat sesuatu, jam tangan yang mahal ,misalnya – Apa yang terjadi? Muncul thought pertama, ‘Ah jam tangan itu indah’. Muncul lagi thought kedua, “Kira-kira berapa ya harganya?’. Thought ketiga, ‘Coba tanya harganya’. Setelah mengetahui harganya muncul thought lagi’ Uh mahal –siapa saja yang dapat membeli jam tangan semahal itu?’. Akumulasi berbagai macam thoughts yang saling berkaitan ini melahirkan mind. Mind menciptakan keinginan. Sekarang Anda ingin memiliki jam tangan itu. Keinginan memicu tindakan – dengan wajar atau tidak wajar, Anda akan berupaya mengumpulkan uang agar dapat membelinya. Dalam proses ini bila Anda cukup peka dan sadar akan pernafasan, Anda dapat membedakan . Saat excited pola nafas Anda lain, sebelum melihat jam tangan tadi pola nafas Anda lain, setelah muncul keinginan untuk memilikinya pola nafas Anda lain lagi.
Sebaliknya, apabila setelah munculnya thought pertama ‘Betapa indahnya jam tangan itu’ tidak ada thought lain yang muncul, anda tidak akan terseret dalam permainan pikiran dan tidak akan terjadi akumulasi thoughts, sehingga tidak dapat melahirkan mind. Tanpa mind, tidak ada keinginan. Tanpa keinginan tidak ada kolusi, korupsi dan lain sebagainya.Untuk melampaui mind Anda harus memahami lapisan kembarnya, yaitu:
b. Lapisan emosional. Emosi herndaknya jangan diasosiasikan dengan amarah saja sebagaimana biasanya dilakukan. Amarah merupakan emosi, tetapi begitu pula dengan cinta, rasa sayang, benci, takut dan lain sebagainya.
Emosi berarti rasa. Rasa dapat mengendalikan pikiran (mind). Rasa itu irrasional, tidak ada logikanya. Jangan mencari logikanya. Seorang raja dapat meninggalkan tahtanya karena cinta, mana logikanya?
Ajaran-ajaran agama berperan pada lapisan ini. Diajarkan cinta kepada Tuhan, dianjurkan penyerahan total pada kehendak Allah. Semuanya itu, untuk mengembangkan rasa, sehingga pikiran dapat dikendalikan. Namun selama ini yang terjadi masih jauh dari harapan para pendiri agama. Para tokoh agama masa kini begitu mementingkan akal dan pikiran, sehingga rasa tidak pernah berkembang. Itu sebabnya penyerahan diri Anda tidak pernah total. Pikiranpun tidak terkendali – bahkan melahirkan fanatisme, yang masih merupakan hasil mind.
4. Lapisan Intelejensia.
Kita harus membedakannya. Intelek dapat diperoleh dari sumber-sumber di luar Anda. Anda dapat menguasai berbagai ilmu dan menjadi intelektual – tetapi belum tentu Anda seorang yang memiliki intelejensia.
Intelejensia merupakan nurani Anda, sesuatu yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kepribadian Anda. Siapa yang mengajar bagaimana cara mendapatkan air susu dari ibu? Ini merupakan intelejensia. Alam sudah menempatkan intelejensia ini dalam diri sejak kelahiran Anda . Intelejensia ini mungkin dapat diterjemahkan sebagai “ budi pekerti”, yang tidak sama dengan moral. Budi pekerti berarti “buddhi’ (intelek) yang Anda peroleh dari Prakriti (alam). Ajaran moral tidak merupakan budi pekerti. Moralitas Anda bisa berubah-ubah mengikuti situasi dan kondisi. Bahkan dalam situasi dan kondisi yang samapun, apapun yang dianggap bermoral oleh suatu kelompok belum tentu bagi kelompok lain.
Intelejensia membuat seseorang menjadi bijak. Pendidikan dalam bentuk apapun entah pendidikan formal akademis, maupun informal non-akademis hanya dapat membuat Anda menjadi intelektual. Intelejensia berkembang berdasarkan pengalaman-pengalaman yang Anda peroleh dalam kehidupan ini. Semakin terbuka Anda, semakin banyak pengalaman yang akan Anda peroleh. Rasa Anda akan semakin berkembang, Anda semakin kaya dan semakin bijak.
Ajaran-ajaran agama bertujuan untuk mengantar Anda ke tingkat ini. Al-Qur’an melihat Wajah Allah dimana-mana. Injil melihat kerajaan Allah dimana-mana. Veda melihat persatuan dibalik perbedaan. Dhammapada melihat Dharma sebagai Yang Tunggal. Namun, disebabkan oleh para tokoh agama yang saat ini sibuk menularkan kepicikan diri mereka dan fanatisme yang tidak sehat, Anda tidak pernah sampai ke tingkat intelejensia – dimana Anda dapat menerima kehidupan seutuhnya. Anda berhenti pada tingkat sebelumnya, dan itu menyebabkan terjadinya kegelisahan, perang, konflik, stres dan lain sebagainya.
Pemekaran setiap lapisan kesadaran diatas akan melahirkan fenomena baru yaitu : Kesadaran Spiritual atau disebut juga Kesadaran Murni. Spiritualitas tidak dapat berkembang tanpa landasan intelejensia. Mereka yang masih melihat perbedaan, melihat kehidupan hanya dari satu sisi, memilah suka dan duka, kelahiran dari kematian, belum mengalami kelahiran spiritualitas dalam dirinya. Mereka masih mandul.
5. Lapisan Kesadaran Murni merupakan hasil akhir pemekaran kepribadian manusia. Ia mulai melihat bahwa kelahiran dan kematian hanyalah dua sisi kehidupan. Kehidupan meliputi kedua-duanya. Tidak ada yang dapat membuat ia gelisah lagi. Ia melampaui dua-duanya.
Demikian ia menjadi sehat secara keseluruhan – kesehatan yang holistik.
Home » Kesehatan Holistik » Memahami Setiap Lapisan Kesadaran Untuk Mendapatkan Kesehatan Secara Holistik
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar