Setelah penantian panjang, akhirnya prosesor terbaru dari AMD ini pun diluncurkan. Bagaimana kinerjanya? Mampukah produk ini bersaing dengan jajaran prosesor Intel saat ini? Uji kami akan membuktikannya.
Sejak tahun 2003 silam, AMD bisa dibilang belum memiliki desain prosesor yang benar-benar baru. Desain arsitektur K8 atau mungkin lebih dikenal dengan Athlon64 sudah beberapa kali mengalami modifikasi dan optimalisasi.
Siklus ini berjalan cukup lama karena Phenom II yang dibangun berdasarkan generasi K10.5, nyatanya hanya merupakan hasil “modernisasi” arsitektur K8. Beruntung, pada akhirnya AMD memutuskan untuk meninggalkan rancangan tersebut dan beralih ke arsitektur mikroprosesor baru.
Dengan diluncurkannya arsitektur baru ini terutama untuk pasar desktop, AMD ingin meningkatkan kinerja prosesornya terutama sejak Intel hadir dengan prosesor berbasis Sandy Bridge. Adalah Bulldozer, yang disebut-sebut sebagai senjata AMD untuk menghadapi Intel (dengan keunggulan di segmen multi-threading serta multi-core).
Rancangan AMD pada Bulldozer terbilang unik karena alih-alih menyebutnya inti atau core, AMD menyebutnya modul. Sebuah modul Bulldozer terdiri dari dua buah unit integer dan sebuah unit FPU atau Floating Point yang dipakai bersama. Selain itu, pada Bulldozer, L2 cache serta unit fetch/decode juga dibagi di antara dua unit integer tersebut. Jadi, sebuah prosesor 8-core berbasiskan Bulldozer berisikan empat buah modul tersebut. Namun, sistem operasi atau aplikasi akan “melihat” jumlah unit integer yang ada pada Bulldozer sebagaicore.
Sekilas model ini mirip dengan metodeHyper-Threading milik Intel. Namun AMD mengatakan bahwa Bulldozer memiliki unitinterger dan scheduler mandiri pada setiap thread. Ini membuat kinerja sebuah modul Bulldozer mampu mencapai level 80% dari dua buah core tunggal standar dalam konfigurasi dual-core. Sementara pada metode Hyper-Threading, duathread harus berbagi sumber daya yang sama pada satu buah core.
Ketika AMD meluncurkan Phenom II X6, AMD melengkapi prosesor tersebut dengan feature baru yakni Turbo Core.Turbo Core pada Bulldozer mampu bekerja lebih optimal ketimbang pada Phenom II.
Ada tiga kondisi (state) untuk menentukan kecepatan prosesor menggunakan Turbo Core: CPU Base (kecepatan standar CPU), CPU Turbo Core (peningkatan kecepatan CPU di semua core), dan CPU Max Turbo (peningkatan kecepatan maksimal dengan kondisi setengah jumlahcore berada dalam posisi idle).
Inkarnasi arsitektur Bulldozer untuk desktop dapat kita temui dalam jajaran prosesor AMD FX yang memiliki konfigurasi 4, 6, dan 8 core.
Kali ini kami berkesempatan untuk menjajal kemampuan prosesor AMD FX-8150 yang berinti delapan dan memiliki nama kode Zambezi. Tipe ini merupakan varian tertinggi prosesor terbaru AMD untuk saat ini. FX-8150 memiliki kecepatan 3,6 GHz yang bisa ditingkatkan menjadi 3,9 GHz pada kondisi turbo (semua core aktif), serta memiliki kecepatan Max Turbo 4,2 GHz.
Selain itu, Zambezi mendukung secara resmi penggunaan memori dualchannel DDR3-1866. Memori ini pada generasi sebelumnya hanya memiliki kecepatan DDR3-1333. KecepatanHyperTransport link pun ditingkatkan dari 2 GHz (4 GT/s) menjadi 2,6 GHz (5,2 GT/s). Menariknya, bagi penggemar overclocking, semua prosesor AMD FX memiliki multiplier yang tidak dikunci. Ini akan memudahkan para overclocker yang ingin menggenjot performa prosesornya lebih tinggi dari spesifikasi standar.
Bersamaan dengan Llano, AMD juga meluncurkan platform baru yang disebut Lynx, yang merupakan kombinasi antara APU seri A dengan chipset seri A. Ini merupakan sebuah platform baru yang menggunakan Socket FM1 dan chipset baru FCH(Fusion Controller Hub) yang berfungsi layaknya sebuah South Bridge.
Kombinasi ini menyediakan dukungan SATA-III dan USB 3.0. Tersedia dua varian FCH, yakni A75 dan A55. Perbedaannya terletak pada dukungan SATA-III dan USB 3.0, yang pada A55, dihilangkan.
(Karuna)
(Karuna)
****
Prosesor dengan arsitektur Bulldozer ini memang ditunggu-tunggu. Tapi tampaknya AMD masih harus mengakui keunggulan Sandy Bridge Intel. FX-8150 memang terlihat mampu mengimbangi Core i7 2600K, namun secara keseluruhan saat ini kinerja Core i7 2600K masih lebih baik dengan hasil merata di semua jenis pengujian.
Hasil Pengujian Walaupun bekerja dengan kecepatan yang lebih tinggi, terlihat bahwa Bulldozer masih kesulitan untuk mengungguli Sandy Bridge. Pada beberapa uji macam encoding video yang mampu memanfaatkan banyak thread, FX-8150 memberikan hasil yang kompetitif terhadap i7 2600K.
Prosesor | AMD FX-8150 | Intel Core i7 2600K |
Clock (MHz) | 3,6 GHz | 3,4 GHz |
SYSmark 2012 1.0.0.54 (64bit) | 137 | 193 |
PCMark 7 Professional Edition 1.0.4 Score | 2877 | 3411 |
3DMark11 Score | P3587 | P3683 |
DiRT2 Demo 1920 x 1080 High DirectX 11 | 74,73 fps | 75,27 fps |
Audio Encoding (menit:detik)* | 1:48 | 1:12 |
Video Encoding (menit:detik)* | 10:52 | 10:24 |
*Lebih rendah lebih baik
Spesifikasi AMD “ZAMBEZI” FX-8150
Seri | FX-8150 |
Soket | AM3+ (942 pin) |
Clock speed (MHz) | 3600 |
TDP | 125 W |
Nama core | Zambezi |
Jumlah core | 8 |
FSB (MHz) | 200 |
Multiplier | 18x |
L1 size | 16 KB x8 (data) 64 KB x4 (instruction) |
L2 size (shared) | 2 MB x4 |
L3 size (shared) | 8 MB |
Harga kisaran | US$245 |
Plus : Kinerja multi-thread tinggi, harga kompetitif untuk 8-core, Overclocking mudah denganmultiplier yang tidak dikunci.
Minus : Kinerja single-thread rendah, daya boros.
Skor Penilaian - Kinerja : 4
- Feature : 4
- Harga : 3,5
- Skor total : 3,83
- Feature : 4
- Harga : 3,5
- Skor total : 3,83
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar